Awie Trans

Kamis, 11 September 2008

BIOETIKA KELAHIRAN NON BARAT

by nunu nugrahaIlmu Kesehatan Masyarakat BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Seiring dengan adanya peranan ahli antropologi sebagai rekan dari para petugas kesehatan lainnya dan cara-cara dimana pengetahuan dari ahli antropologi dapat digunakan untuk membantu meningkatkan derajat kesehatan, dan dengan banyaknya penelitian kontemporer yang telah dilakukan baik pada masyarakat barat maupun non barat memberikan perbandingan yang baik, maka dengan adanya penelitian-penelitian tersebut adanya daya tarik tambahan penelitian tentang kelahiran yang sifatnya universal dari kita pernah mengalami atau akan mengalami.
Dan berdasarkan praktek-praktek kedokteran masa kini, dengan bantuan teknologi yang canggih dalam menangani masalah-masalah kelahiran, maka hal ini rumah makin lama merupakan tempat yang semakin kurang cocok bagi kelahiran dan praktek-praktek kelahiran masa kini telah menyebabkan kehilangan pandangan atas nilai-nilai dasar dan pengalaman-pengalaman yang merupakan bagian dari penciptaan kehidupan baru.
Sejalan dengan kondisi tersebut, perlu adanya pemahaman yang mendalam tentang masalah-masalah kelahiran. Oleh sebab itu, penulis tertarik untuk melakukan pengkajian dalam bentuk wacana ilmiah yang diharapkan mampu memberikan gambaran yang berjudul “Bioetika Kelahiran Non Barat”.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka masalah yang akan dibahas dapat dirumuskan sebagai berikut :
1. Apakah yang dimaksud kelahiran ?
2. Bagaimana pandangan kelahiran non barat ?
3. Bagaimana perkembangan praktek-praktek kelahiran ?
4. Bagaimana respon masyarakat non barat terhadap pelembagaan praktek-praktek kelahiran ?

C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah :
1. Untuk mengetahui pengertian kelahiran
2. Untuk mengetahui pandangan kelahiran non barat
3. Untuk mengetahui perkembangan praktek-praktek kelahiran
4. Untuk mengetahui respon masyarakat non barat terhadap pelembagaan praktek-praktek kelahiran

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Kelahiran
Kasdu (2001 : 114) menyatakan, “Kelahiran merupakan tiga tahap yang harus dilalui, diawali dengan dari mulainya pembukaan jalan lahir, keluarnya kepala janin, sampai keluarnya plasenta atau ari-ari.” Sejalan dengan pendapat tadi, Bagian Obsetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran Bandung (1998 : 221) menyatakan bahwa kelahiran adalah serangkaian kejadian yang berakhir dengan pengeluaran bayi yang cukup bulan atau hampir cukup, disusul dengan pengeluaran plasenta dan selaput janin dari tubuh ibu. Tidak berbeda dengan Mochtar (1998 : 91) yang memandang bahwa kelahiran adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi (janin + ari) yang dapat hidup ke dunia luar, dari rahim melalui jalan lahir atau dengan jalan lain.
Pendapat lain yang sedikit berbeda yang dikemukakan oleh Foster (2006 : 335) menyatakan bahwa kelahiran merupakan waktu-waktu sakit dan penderitaan, pendarahan, dan keluarnya cairan tubuh dengan ancaman kematian yang senantiasa ada.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, penulis menyimpulkan bahwa kelahiran merupakan rangkaian dari tiga tahap, dimulai dengan pembukaan jalan lahir, keluarnya janin, dan pengeluaran plasenta dengan ancaman kematian.

B. Pandangan Kelahiran Masyarakat Non Barat
Pada sebagian besar masyarakat non barat, kelahiran menimbulkan suatu pergumulan dengan roh-roh yang tertarik oleh unsur-unsur yang keluar dari tubuh si wanita dan peristiwa persalinan, janin, yang belum sepenuhnya berbentuk manusia, dapat dengan mudahnya dipancing ke alam supranatural, dimana seringkali ia dianggap belum dibebaskan.
Kelahiran melengkapi keluarga inti, memberikan “staf” yang dapat membuat keluarga besar dapat hidup dan menjaga kontinuitas manusia itu sendiri. Dalam berbagai masyarakat tradisional, anak menjamin bahwa adat lama akan dilanjutkan, tanah-tanah dikerjakan, dan bagi orang tua ada yang mengurus mereka bila mereka sudah tidak dapat lagi mengurus dirinya sendiri. Pada waktu yang bersamaan, sebagaimana yang seringkali ditegaskan, kelahiran bukannya secara normal dianggap sebagai pengalaman biasa yang tidak membahayakan. Tentu saja ada masyarakat dimana kelahiran berlangsung dengan sedikit kerewelan.
Dan dalam berbagai masyarakat yang tidak memiliki pengetahuan tentang kondisi bebas hama, dan pengetahuan yang amat sedikit mengenai berfungsinya seluruh sistem tubuh manusia, termasuk mengandung, maka masa kehamilan dan kelahiran dapat dipahami merupakan hal yang diliputi oleh ketakutan. Angka-angka yang tinggi dari kematian ibu dan anak pada berbagai masyarakat non barat membenarkan logika dari ketakutan yang demikian itu dan tindakan-tindakan magis yang tidak efisien terhadap bahaya-bahaya yang nyata.

C. Pelembagaan Praktek-praktek Kelahiran
Bila tidak melihat praktek-praktek kelahiran dan aktivitas-aktivitas yang berkenaan dengan kematian pada berbagai masyarakat non barat dan membandingkannya dengan yang terdapat di Amerika Serikat masa kini, nampak adanya kontras yang besar. Di Amerika Serikat, krisis-krisis kehidupan tersebut telah sepenuhnya atau istilahnya yang tepat terlalu dilembagakan dalam masyarakat non industrial, hal-hal tersebut adalah bagian yang akrab dari pengalaman keluarga.
Dalam masyarakat tradisional, kelahiran biasanya berlangsung di rumah atau dekat rumah dengan bantuan seorang bidan atau dukun bayi, yang sering merupakan teman atau tetangga.
Hingga memasuki abad ke-20, pola tersebut merupakan kebiasaan di non barat. Namun, dengan perubahan teknologi jiwa manusia dan memperpanjangnya. Dan, dengan semakin meningkatnya mobilitas, migrasi ke kota, dan mencari kerja dimana ada penawaran, maka stabilitas dan akar kehidupan keluarga mulai melemah. Secara singkat kelahiran semakin tidak berpangkal di rumah, semuanya telah dilembagakan karena kelahiran berlangsung di tempat-tempat yang asing, tertutup dan steril, maka kita akan kehilangan kesempatan untuk belajar menerimanya sebagai sesuatu yang wajar, tak terelakkan, dan merupakan dimensi wajar dari kehidupan manusia. Apabila kehamilan dianggap sebagai kondisi-kondisi patologi yang memerlukan perawatan rumah sakit, maka dengan mudahnya akan timbul kekhawatiran dan pengingkaran terhadap hakikat dasar hidup.
Birokrasi kedokteran merupakan arbitrer yang paling berwenang (akhir) dalam kehidupan, dalam kelahiran dan kematian. Resep dari persalinan “normal” hanya sedikit saja bervariasi dalam polanya, mulai dari menandatangani formulir masuk rumah sakit (ketika proses ketuban pecah) hingga kepada aktivits-aktivitas yang sinkron dari tim obsetri. Di kalangan banyak orang timbul keyakinan bahwa lingkaran kehidupan pada dasarnya adalah gejala sosial bukan gejala medis, dan dimana pengobatan memiliki pengawasan yang dominan, maka masyarakat harus membyarnya dengan mahal, baik dalam kesejahteraan psikologis maupun kadang-kadang psikis.
Sebagian dari masalahnya adalah, dengan modernisasi dan urbanisasi, kedokteran telah mengambil alih fungsi-fungsi yang tidak hanya mengenai perawatan keluar, melainkan juga otoritas keluarga dan “hati nurani” rumah sakit khususnya, telah mengisolir masyarakat terhadap penanganan krisis-krisis yang mulanya merupakan hal yang biasa dalam keluarga.

D. Respon Masyarakat Non Barat terhadap Pelembagaan Praktek-praktek Kelahiran
Sehubungan dengan praktek kelahiran, nyatanya tidak menggunakan model dari masyarakat rumpun atau masyarakat petani sebagai model ideal. Pendekatan-pendekatan yang tidak sukar dan aman yang telah ditinggalkannatas risiko kita sendiri dan secara mendesak, perlu ditempatkan kembali sebagai prosedur-prosedur kelahiran standar. Oleh karena itu, bagaimana membangun pola-pola persalinan yang lebih memungkinkan, yang memanfaatkan keahlian ginekologi yang lebih maju sampai titik dimana mereka dibuktikan (namun tidak melebihi) tanpa membuat depersonalisasi pengalaman persalinan.
Dan adanya penolahan oleh banyak orang terhadap bentuk-bentuk kedokteran dari persalinan di rumah sakit merupakan bagian dari semakin hilangnya pesona terhadap apa yang dianggap sebagai pengobatan yang impersonal dan mekanis dari kebutuhan dasar manusia oleh sistem-sistem medis.
Berdasarkan orang-orang yang tidak merasa puas dengan adanya bentuk-bentuk umum dari persalinan di rumah sakit, maka upaya mencari bentuk-bentuk alternatif didasarkan atas tiga keyakinan, diantaranya yaitu :
1. Kedokteran non barat telah membuat kompleks dan mekanis proses persalinan yang normal
Karena hal ini tidak memudahkan dokter, apabila dokter dapat membujuk pada pasiennya yang hamil untuk pergi ke rumah sakit, ia dapat mengunjungi mereka tanpa sangat terganggu aktivitas-aktivitas profesionalnya yang lain.
Bukankah persalinan di rumah sakit itu lebih aman bagi ibu dan bayi, dan secara realistis bukankah waktu sang dokter yang sibuk juga diperhitungkan, kata pendukung sistem kontemporer. Seluk beluk rumah sakit yang kaku, orientasi mengenai sakit yang diciptakan oleh lembaga-lembaga tersebut, khususnya bagi yang sakit dan yang sedang sekarat, kamar-kamar bersalin dengan deretan lampu dan peralatan-peralatan yang menakjubkan yang menimbulkan kekhawatiran, keterlibatan yang kabur dari suami atau keluarga (apabila mereka diizinkan). Faktor-faktor ini dipandang oleh banyak orang sebagai turut berperan dalam menimbulkan rasa ketidaksamaan psikologis, tidak saja bagi sang ibu, melainkan juga pada kerutinan yang membahayakan secara nyata dalam suatu peristiwa yang seharusnya dibiarkan berlangsung.
2. Persalinan harus dikembalikan ke rumah dari rumah sakit
Walaupun terdapat keyakinan kedokteran yang kuat bahwa semakin ilmiah dan maju tingkatan perawatan ibu dan anak, akan semakin efektif pula pencegahan mortalitas, cedera, dan cacat kelahiran. Seorang ahli sosiologi kesehatan terkemuka dalam suatu ulasan kepustakaan menemukan bahwa “tidak terdapat bukti yang jelas bahwa khususnya demikian.”
Dalam beberapa hal, persalinan rumah dianggap lebih aman daripada persalinan di rumah sakit. Pendukung persalinan di rumah menyatakan sikap mereka, bukan dari segi jumlah kuantitas melainkan dari segi kualitas yang lebih memberikan kekayaan arti dan imbalannya bila melahirkan di rumah, tidak di rumah sakit. Penulis yakin bahwa kelahiran merupakan peristiwa keluarga dimana semua orang sangat terpengaruh oleh hasilnya. Sikap tersebut sangat mengingatkan kita kembali pada yang diucapkan oleh Wylie mengenai penduduk dea Peyrane di Perancis, yang mengetahui adanya “rumah sakit bersalin yang bagus-bagus” namun merasa bahwa perawatan rumah sakit itu “jauh di bawah perawatan di rumah”. Karena kita tidak dapat mengharapkan “orang asing” mencurahkan perhatian sepenuhnya kepada kita sebagaimana yang diberikan oleh anggota keluarga sendiri. Kelahiran bayi adalah peristiwa yang paling penting yang terjadi dalam keluarga, baik ibu maupun sang bayi berhak mendapatkan perawatan terbaik yang dapat diberikan oleh keluarganya.
Ada keyakinan yang kuat pula bahwa perawatan di rumah memberi kesempatan perasaan keberhasilan melahirkan yang terpusat pada sang ibu dan bukan pada aktivitas-aktivitas ahli kandungan. Kelahiran di rumah juga memberi kesempatan pada sang suami untuk memainkan peranan penyembuh pada waktu proses melahirkan berlangsung. Dalam beberapa kesempatan ia bahkan berpartisipasi dalam persalinan tersebut. Akhirnya rasa sakit yang dibayangkan oleh banyak orang diperkirakan bisa menjadi lebih berkurang, dan persalinan dilakukan dalam lingkungan keakraban, dalam kondisi seperti yang terdapat pada masyarakat tradisional umumnya, memberikan kesempatan bagi para wanita untuk melakukan aktivitas fisik yang normal hingga persalinan, dan sering bahkan di antara proses kontraksi persalinan.
3. Bidan bukan dokter, merupakan orang yang tepat untuk membantu persalinan
Idealnya bidan berfungsi di rumah, dalam kamar tidur yang turut dipersiapkannya bersama keluarga untuk peristiwa tersebut. Beberapa orang bidan bekerjasama dengan ahli-ahli kandungan yang penuh pengertian, yang menyediakan dirinya bagi keadaan darurat, seperti operasi Caesar atau pada kelahiran yang sulit. Pada beberapa keadaan yang langka, para bidan telah diintegrasikan sebagai staf rumah sakit dan bekerjasama dalam bentuk peralinan alternatif dalam struktur rumah sakit tersebut yang lebih mendorong persalinan di rumah. Namun, tidak seperti umumnya di Eropa, Amerika Serikat masih harus memberikan kesempatan kepada bidan untuk menjadi bagian integral kedokteran atau bagian dari struktur sosial masyarakat.
Para pembela bidan dan persalinan rumah memandang alternatif terhadap perawatan rumah sakit yang konvensional itu sebagai hal yang menguntungkan secara psikologis, sosial, dan kesehatan. Para lawan memandangnya sebagai fadistik, penganut Rousseau, tak realistis dan secara esensial pekerjaan yang membahayakan. Kelompok yang pertama melihat kebidanan sebagai peningkatan kualitas dari perawatan kesehatan, sedangkan kelompok yang berikut memandang sebagai pencemaran. Para pasien dan jumlah yang semakin besar dari dokter serta ahli-ahli ilmu sosial merasa keberadaan mereka d antara dua kubu tersebut, mencari perbaikan dari ekses-ekses kedokteran, namun berhati-hati dalam hal mengganti pengamanan yang
konvensional.

BAB III
SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan
Kelahiran merupakan rangkaian dari tiga tahap, dimulai dengan pembukaan jalan lahir, keluarnya janin, dan dengan pengeluaran plasenta dengan ancaman kematian yang senantiasa ada. Pada masyarakat non barat, kelahiran melengkapi keluarga inti, anak menjamin bahwa adat lama akan dilanjutkan, tanah-tanah dikerjakan, dan dapat mengurus orang tua apabila mereka sudah tidak bisa mengurus dirinya sendiri. Berdasarkan abad ke-20, dengan semakin pesatnya perubahan teknologi maka hampir sepenuhnya krisis-krisis terhadap hal ini, secara singkat proses kelahiran semakin tidak berpangkal di rumah.

B. Saran
Persalinan di rumah sakit dengan bantuan alat-alat yang canggih mempunyai sisi baik dan buruknya bagi kehidupan seorang ibu dan keluarga, baik dari segi kesehatan maupun psikologinya. Oleh karena itu, apabila rumah merpakan tempat yang sangat nyaman untuk proses persalinan, maka perawatan kesehatan dan pelayanan harus disediakan.

DAFTAR PUSTAKA

Bagian Obsetri dan Ginekologi Kedokteran Universitas Padjadjaran. (1983). Obsetri Fisiologi. Bandung : Percetakan/Penerbitan Eleman.

Foster. (2006). Antropologi Kesehatan. Jakarta : UI Press.

Kasdu, D., et.al. (2001). Info Lengkap Kehamilan dan Persalinan. Jakarta : 3G Publisher.

Mochtar, R. (1998). Sinopsis Obsetri : Obsetri Fisiologi dan Obsetri Patologi. Jakarta : EGC.

Tidak ada komentar:

Logo LENSA Komunika