Awie Trans

Selasa, 25 November 2008

halusinasi Penglihatan Trisnawati

BAB I
PENDAHULUAN


A. Latar belakang masalah
Kesehatan jiwa merupakan bagian yang integral dari kesehatan. Kesehatan jiwa bukan sekedar terbebas dari gangguan jiwa, akan tetapi merupakan suatu hal yang dibutuhkan oleh semua orang. Kesehatan jiwa adalah perasaan sehat dan bahagia serta mampu mengatasi tantangan hidup, dapat menerima orang lain sebagaimana adanya, serta mempunyai sikap positif terhadap diri sendiri dan orang lain. (Menkes, 2005).
Menurut Sekretaris Jenderal Departemen Kesehatan (Depkes), dr H Syafii Ahmad MPH, kesehatan jiwa saat ini telah menjadi masalah kesehatan global bagi setiap Negara termasuk Indonesia. Proses globalisasi dan pesatnya kemajuan teknologi informasi memberikan dampak terhadap nilai-nilai sosial dan budaya pada masyarakat. Di sisi lain, tidak semua orang mempunyai kemampuan yang sama untuk menyesuaikan dengan berbagai perubahan, serta mengelola konflik dan stres tersebut. (Direktorat Bina Pelayanan Keperawatan Dan Pelayanan Medik Departemen Kesehatan, 2007).
Menurut Prof.Dr Azrul Azwar, Direktur Jenderal Pembinaan Kesehatan Masyarakat (Binkesmas) Departemen Kesehatan dan World Health Organization (WHO) memperkirakan tidak kurang dari 450 juta penderita gangguan jiwa ditemukan di dunia. Bahkan berdasarkan data studi World Bank di beberapa negara menunjukkan 8,1% dari kesehatan global masyarakat (Global Burden Disease) disebabkan oleh masalah gangguan kesehatan jiwa yang menunjukkan dampak lebih besar dari TBC (7,2%), kanker (5,8%, jantung (4,4%, dan malaria (2,6%). (www.kbi.gemari.or.id : 11 Oktober 2001, diambil tanggal 21 November 2008).
Menurut Prof. Dr. Azrul Azwar Mph, Dirjen Bina Kesehatan masyarakat Departemen Kesehatan mengatakan bahwa masalah kesehatan jiwa merupakan masalah kesehatan masyarakat yang demikian tinggi dibandingkan dengan masalah kesehatan lain yang ada di masyarakat. Adapun jenis gangguan kesehatan jiwa yang banyak diderita masyarakat Indonesia antara lain psikosis, demensia, retardasi mental, mental emosional usia 4-15 tahun, mental emosional lebih dari 15 tahun dan gangguan kesehatan jiwa lainnya. (www.kbi.gemari.or.id : 11 Oktober 2005, diambil tanggal 21 November 2008).
Gangguan-gangguan tersebut menunjukkan seperti klien berbicara sendiri, mata melihat kekanan-kekiri, jalan mondar-mandir, sering tersenyum sendiri dan sering mendengar suara-suara. Sedangkan halusinasi adalah merupakan gangguan atau perubahan persepsi dimana klien mempersepsikan sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi. Suatu penerapan panca indra tanpa ada rangsangan. dari luar. Suatu penghayatan yang dialami suatu persepsi melalui panca indra yaitu persepsi palsu. (Maramis, 2005).
Berdasarkan data dari Medical Record BPRS Dadi Makassar Profinsi Sulaweai Selatan menunjukkan pasien halusinasi yang dirawat pada tiga tahun terakhir sebagai berikut: pada tahun 2006 jumlah pasien 8710 dengan halusinasi sebanyak 4340 orang (52%), tahun 2007 jumlah pasien 9245 dengan halusinasi sebanyak 4430 orang (49%), tahun 2008 (Januari- Maret) jumlah pasien 2294 dengan halusinasi sebanyak 1162 orang.
Agar perilaku kekerasan tidak terjadi pada klien halusinasi maka sangat dibutuhkan asuhan keperawatan yang berkesinambungan. Berdasarkan hal tersebut diatas maka penulis tertarik untuk membuat Karya Tulis Ilmiah dengan judul ”Asuhan Keperawatan perubahan sensori halusinasi penglihatan pada klien Tn ”K” di bangsal Sawit BPRS Dadi Sulawesi Selatan Tanggal tahun 2008.
B. Tujuan Penulisan
Untuk lebih jelas apa yang ingin dicapai atau diungkapkan dalam karya tulis ini, penulis mengemukakan pokok tujuan penulisan sebagai berikut.
1) Tujuan Umum
Tujuan penulisan Karya Tulis Ilmiah ini adalah memberikan gambaran nyata tentang asuhan keperawatan pada klien dengan Perubahan sensori persepsi : halusinasi penglihatan di BPRS Dadi Makassar Provinsi Sulawesi Selatan.
2) Tujuan Khusus
a. Melakukan pengkajian pada klien dengan perubahan sensori persepsi : halusinasi penglihatan.
b. Membuat diagnosa keperawatan pada klien dengan perubahan sensori persepsi : halusinasi penglihatan.
c. Melakukan tindakan keperawatan pada klien dengan perubahan sensori persepsi : halusinasi penglihatan.
d. Mengevaluasi hasil tindakan keperawatan pada klien dengan perubahan sensori persepsi : halusinasi penglihatan.
e. Pendokumentasian asuhan keperawatan pada klien dengan perubahan sensori persepsi : halusinasi penglihatan.
f. Dapat membandingkan kesenjangan antara teori dengan kenyataan yang penulis dapatkan.
C. Manfaat Penulisan
Penulis mengharapkan karya tulis ini dapat digunakan untuk :
1. Akademik
Hasil penulisan ini dapat digunakan sebagai bahan acuan untuk institusi pendidikan D III keperawatan dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan keperawatan dimasa yang akan datang.
2. Rumah Sakit
Sebagai bahan masukan dan informasi bagi perawat yang ada di RS dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan keperawatan jiwa khususnya dengan kasus halusinasi penglihatan.
3. Klien dan Keluarga
Sebagai bahan masukan bagi klien dalam mengatasi permasalahan yang dihadapinya, juga dapat memberikan kepuasan bagi keluarga klien atas asuhan keperawatan yang diberikan.
4. Tenaga Keperawatan
Sebagai bahan masukan dan informasi untuk menambah pengetahuan (kognitif), keterampilan (skill), dan sikap (attitude) bagi instansi terkait khususnya di dalam meningkatkan pelayanan perawatan pada klien dengan halusinasi penlihatan.
D. Metodologi penulisan
Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini penulis menggunakan metode penulisan sebagai berikut:
1) Tempat, waktu pelaksanaan pengambilan kasus
Pelaksanaan pengambilan kasus dilakukan di bangsal sawit BPRS Dadi Makassar pada tahun 2008.
2) Teknik pengumpulan data
Penulis melakukan asuhan keperawatan secara langsung terhadap kasus halusinasi penglihatan dengan melakukan pengumpulan data dengan cara sebagai berikut:
a. Studi Kepustakaan
Yaitu penulis membaca referensi yang mempunyai hubungan dengan konsep dan teori yang terkait dengan halusinasi penglihatan.
b. Tehnik Observasi
Penulis secara langsung melakukan pengumpulan data dengan pengamatan secara langsung terhaadap perilaku klien sehari-hari.
c. Tehnik Wawancaran
Penulis melakukan tanya jawab secara langsung pada klien, keluarga, perawat, dan pihak lain yang dapat memberikan data dan informasi yang akurat.
d. Dokumentasi
Penulis mengumpulkan data dari status klien, catatan keperawatan di serta mengadakan diskusi dengan tim kesehatan untuk dianalisa sebagai data yang mendukung masalah klien.

Tidak ada komentar:

Logo LENSA Komunika