Awie Trans

Minggu, 23 November 2008

Askep Glaukoma

ASUHAN KEPERAWATAN

Pengkajian

Anamnesis

Anamnesis mencakup data demografi yang meliputi :

- Umur, glaukoma primer terjadi pada individu berumur > 40 tahun.

- Ras, kulit hitam mengalami kebutaan akibat glaukosa paling sedikit 5 kali dari kulit putih (deWit, 1998).

- Pekerjaan, terutama yang berisiko besar mengalami trauma mata.

Selain itu harus diketahui adanya masalah mata sebelumnya atau yang ada saat ini, riwayat penggunaan antihistamin (menyebabkan dilatasi pupil yang akhirnya dapat menyebabkan angle-closure glaucoma), riwayat keluarga dengan glaukoma, riwayat trauma (terutama yang mengenai mata), riwayat penyakit lain yang sedang diderita (diabetes melitus, arteriosklerosis, miopia tinggi).

Riwayat psikososial mencakup adanya ansietas yang ditandai dengan bicara cepat, mudah berganti topik, sulit berkonsentrasi dan sensitif, dan berduka karena kehilangan penglihatan.

Pemeriksaan Fisik

- Pemeriksaan fisik dilakukan dengan menggunakan oftalmoskop untuk mengetahui adanya cupping dan atrofi diskus optikus. Diskus optikus menjadi lebih luas dan lebih dalam. Pada glaucoma akut primer, kamera anterior dangkal, akues humor keruh dan pembuluh darah menjalar keluar dari iris.

- Pemeriksaan lapang pandang perifer, pada keadaan akut lapang pandang cepat menurun secara signifikan dan keadaan kronik akan menurun secara bertahap.

- Pemeriksaan fisik melalui inspeksi untuk mengetahui adanya inflamasi mata, sklera kemerahan, kornea keruh, dilatasi pupil sedang yang gagal bereaksi terhadap cahaya. Sedangkan dengan palpasi untuk memeriksa mata yang mengalami peningkatan TIO, terasa lebih keras dibanding mata yang lain.

- Uji diagnostik menggunakan tonometri, pada keadaan kronik atau open angle didapat nilai 22-32 mmHg, sedangkan keadaan akut atau angle closure 30 mmHg. Uji dengan menggunakan gonioskopi akan didapat sudut normal pada glaukoma kronik. Pada stadium lanjut, jika telah timbul goniosinekia (perlengketan pinggir iris pada kornea/trabekula) maka sudut dapat tertutup. Pada glaukoma akut ketika TIO meningkat, sudut COA akan tertutup, sedang pada waktu TIO normal sudutnya sempit.

Tanda dan gejala

Glaukoma akut primer

- Awitan gejala akut/mendadak

- Nyeri hebat di sekitar mata yang menjalar pada daerah yang dilewati saraf otak V

- Nyeri kepala/dahi

- Mual, muntah, dan ketidaknyamanan abdomen

- Melihat lingkaran berwarna di sekitar sinar dan pandangan kabur mendadak dengan penurunan persepsi cahaya.

Glaukoma kronik primer

- Bilateral

- Herediter

- TIO meninggi

- Sudut COA terbuka

- Bola mata yang tenang

- Lapang pandang mengecil dengan macam-macam skotoma yang khas

- Perjalanan penyakit progresif lambat

Glaukoma sekunder

- Peningkatan nyeri dan simptom spesifik tergantung pada penyebab penyakit okuler

Glaukoma kongenital

- Fotopobia, blefarospasme, epifora, mata besar, kornea keruh


Diagnosis dan Intervensi Keperawatan

Diagnosis keperawatan yang terjadi adalah :

1. Perubahan sensori/persepsi (visual) yang berhubungan dengan kerusakan saraf akibat peningkatan TIO

Tujuan, klien akan :

· Mengidentifikasi tipe perubahan visual yang dapat terjadi saat TIO meningkat di atas level aman

· Mencari bantuan saat terjadi perubahan visual

· Mendapatkan kembali dan mempertahankan visus normal dengan pengobatan

Intervensi Keperawatan :

· Kolaborasi dalam pemberian :

­ Miotik, untuk konstriksi pupil dan kontraksi otot silier (Seperti Pilocarpin) yang dapat menyebabkan pandangan kabur selama 1-2 jam setelah penggunaan dan adaptasi pada lingkungan gelap mengalami kesulitan, karena konstriksi pupil.

­ Agens penghambat pembentuk akueos humor, seperti Timolol, dll.

­ Inhibitor karbonat anhidrase (seperti Asetazolamid) untuk mengurangi produksi akueos humor, dengan efek samping mati rasa, rasa gatal pada kaki dan tangan, mual/malaise.

­ Agens osmotik sistemik (mis. Gliserin oral) untuk klien glaukoma akut untuk mengurangi tekanan okular.

· Lakukan tindakan untuk mencegah semakin tingginya TIO, meliputi :

- Diet rendah natrium

- Pembatasan kafein

- Mencegah konstipasi

- Mencegah manuver Valsava

- Mengurangi stres

· Pantau kemampuan klien untuk melihat dengan jelas. Tanyai klien secara rutin tentang terjadinya perubahan visual.

2. Nyeri yang berhubungan dengan peningkatan TIO

Tujuan, klien akan :

· Klien akan mengalami pengurangan nyeri.

Intervensi keperawatan :

· Pertahankan tirah baring ketat pada posisi semi-Fowler dan cegah tindakan yang dapat meningkatkan TIO (batuk, bersin, mengejan). Rasional : Tekanan pada mata meningkat jika tubuh datar dan manuver Valsava diaktifkan seperti pada aktivitas tersebut.

· Berikan lingkungan gelap dan tenang. Rasional : Stres dan sinar akan meningkatkan TIO yang dapat mencetuskan nyeri.

· Observasi tekanan darah, nadi dan pernapasan tiap 24 jam jika klien tidak menerima agens osmotik secara intravena dan tiap 2 jam jika klien menerima agens osmotik intravena. Rasional : Mengidentifikasi kemajuan atau penyimpangan dari hasil yang diharapkan.

· Observasi derajat nyeri mata setiap 30 menit selama fase akut. Rasional : Mengidentifikasi kemajuan atau penyimpangan dari hasil yang diharapkan.

· Berikan obat mata yang diresepkan untuk glaukoma dan beritahu dokter jika terjadi hipotensi, haluaran urine <>

· Berikan analgesik narkotik yang diresepkan jika klien mengalami nyeri hebat dan evaluasi keefektifannya. Rasional: Mengontrol nyeri. Nyeri berat akan mencetuskan manuver Valsava dan meningkatkan TIO.

3. Ketidakpatuhan (pada program medikasi) yang berhubungan dengan efek samping pengobatan, kurangnya motivasi, kesulitan mengingat regimen terapi atau implikasi finansial.

Defisit pengetahuan (tentang proses penyakit, kondisi klinis, rencana terapi dan penatalaksanaan di rumah) berhubungan dengan kurangnya informasi dan/atau mispersepsi informasi yang didapat sebelumnya.

Tujuan, klien akan :

· Klien mengetahui penatalaksanaan penyakitnya dan mampu mengulang dan mendemostrasikan kembali pendidikan kesehatan yang diberikan.

Intervensi keperawatan :

· Jika gejala akut terkontrol, berikan informasi tentang kondisinya. Tekankan bahwa glaukoma memerlukan pengobatan sepanjang hidup, harus teratur dan tidak terputus. Rasional: Meningkatkan kerjasama klien. Kegagalan klien untuk mengikuti penatalaksanaan yang ditentukan dapat menyebabkan kehilangan pandangan yang progresif dan bahkan kebutaan.

· Instruksikan klien untuk mencari pertolongan medis jika ketidaknyamanan mata dan gejala peningkatan TIO terulang saat menggunakan obat-obatan. Ajari klien tanda dan gejala yang memerlukan perhatian medis dengan segera. Rasional: Upaya tindakan perlu dilakukan untuk mencegah kehilangan penglihatan lebih lanjut/komplikasi lain.

· Perubahan visus mendadak, bahkan dengan kacamata yang baru tidak dapat melihat dengan jelas.

· Meningkatnya nyeri mata :

- Kesulitan beradaptasi di ruang gelap

- Melihat lingkaran pelangi di sekitar cahaya lampu

- Menyempitnya pandangan pada satu atau kedua mata

- Peningkatan fotofobia dan lakrimasi.

· Ajarkan klien dan keluarga serta izinkan klien mempraktekkan sendiri cara pemberian tetes mata. Gunakan teknik aseptik yang baik saat meneteskan obat mata. Rasional : Meningkatkan keefektifan pengobatan, memberikan kesempatan untuk klien menunjukkan kompetensi dan mengajukan pertanyaan.

· Berikan informasi tentang dosis, nama, jadwal, tujuan dan efek samping yang dapat dilaporkan dari semua obat-obatan yang diresepkan di rumah. Ingatkan klien untuk memberikan tetes mata sikloplegik hanya pada mata yang terkena karena pada mata yang tidak sakit obat tetes ini dapat mencetuskan serangan glaukoma tertutup dan mengancam sisa pandangan klien. Rasional: Penyakit ini dapat dikontrol, bukan diobati dan mempertahankan konsistensi program pengobatan adalah hal vital. Beberapa obat menyebabkan dilatasi pupil, peningkatan TIO dan potensial kehilangan penglihatan tambahan.

· Ingatkan klien agar menggunakan obat-obat resep dan jangan membeli obat-obat bebas atau yang lain tanpa sepengetahuan dokter. Rasional: Penyakit ini dapat dikontrol, bukan diobati dan mempertahankan konsistensi program pengobatan adalah hal vital. Beberapa obat menyebabkan dilatasi pupil, peningkatan TIO dan potensial kehilangan penglihatan tambahan.

· Jamin semua instruksi dan informasi tentang obat yang diresepkan telah diberikan secara tertulis. Rasional: Instruksi verbal dapat dengan mudah dilupakan klien.

· Identifikasi efek samping atau reaksi yang merugikan dari pengobatan: penurunan selera makan, mual/muntah, diare, kelemahan, perasaan mabuk, penurunan libido, impoten, disritmia, pingsan, gagal jantung kongestif. Rasional: Efek samping/ merugikan obat mempengaruhi dari rentang tak nyaman sampai ancaman kesehatan berat. Sekitar 50% klien akan mengalami sensitivitas atau alergi terhadap obat parasimpatik (contoh Pilokarpin) atau obat antikolinesterase. Masalah ini memerlukan evaluasi medik dan kemungkinan perubahan prgram terapi.

· Lakukan tindakan untuk mempertahankan keamanan seperti tidak berkendaraan pada malam hari serta ajari anggota keluarga bagaimana memodifikasi lingkungan klien untuk keamanan misalnya bersihkan jalan yang dilewati klien dari objek berbahaya dan reorientasikan klien ke ruangan yang ditempati (jika perlu).

· Tinjau ulang praktik umum untuk keamanan mata. Rasional: Melindungi terhadap cedera mata.

- Jika menggunakan bahan kimia sprei di luar ruangan, yakinkan lubang menghadap jauh dari wajah dan berdiri dengan punggung melawan angin jauh dari zat.

- Gunakan kacamata untuk pemajanan yang lama pada sinar matahari. Jangan pernah secara langsung melihat pada matahari untuk periode yang lama.

- Jamin sinar yang baik jika membaca.

- Dorong klien membuat perubahan yang perlu untuk pola hidup. Rasional : Pola hidup tenang menurunkan respons emosi terhadap stres, mencegah perubahan okuler yang mendorong iris ke depan.

- Anjurkan anggota keluarga memeriksa secara teratur tanda glaukoma. Rasional: Kecenderungan herediter, dangkalnya bilik anterior, menempatkan anggota keluarga berisiko pada kondisi ini.

Diagnosis Tambahan

1. Ansietas/takut yang berhubungan dengan hilangnya pandangan aktual/potensial atau benturan penyakit kronis terhadap gaya hidup.

2. Risiko gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi yang berhubungan dengan mual, muntah sekunder akibat peningkatan TIO

3. Risiko cedera yang berhubungan dengan penurunan pandangan perifer.

4. Defisit perawatan diri yang berhubungan dengan berkurangnya pandangan.

5. Isolasi sosial yang berhubungan dengan penurunan pandangan perifer, takut cedera atau respons negatif lingkungan terhadap ketidakmampuan visual.

6. Berduka adaptif/maladaptif yang berhubungan dengan hilangnya visus aktual.

Evaluasi

1. Klien dapat mempertahankan visus optimal.

2. Tidak terjadi komplikasi

3. Klien mampu memenuhi kebutuhan sehari-hari secara aman

4. Klien mempunyai pengetahuan yang adekuat tentang penyakit dan penatalaksanaannya.

Tidak ada komentar:

Logo LENSA Komunika