Awie Trans

Sabtu, 20 Desember 2008

Mewaspadai Virus Hepatitis C

Materi dikirim oleh sahabat. (ruslan muchtar )


Di antara tujuh jenis virus hepatitis, virus hepatitis C (VHC) adalah salah satunya yang wajib Anda waspadai. Virus yang menyebabkan infeksi pada hati (lever) ini secara genetik amat variatif, dan paling sering menyebabkan gejala sisa berupa hepatitis kronik, sirosis hati (kekerasan hati), dan kanker hati primer.

Dibandingkan dengan hepatitis B, VHC lebih ganas dan lebih sering menyebabkan penyakit hati menahun. Replikasi (pertumbuhan) virus ini juga sangat cepat hingga bisa mencapai 10 triliun sehari.

Selain virus hepatitis B dan C, terdapat lima virus hepatitis lainnya yakni hepatitis A, D, E, G, dan TT. Perbedaan antara virus hepatitis ini terletak pada kronisitas infeksi dan kerusakan jangka panjang yang ditimbulkan.

Hal penting yang perlu Anda catat, infeksi VHC bisa menular, yakni melalui darah. Adapun jalan utama penularannya adalah melalui transfusi darah atau produk darah yang belum di-skrining, pemakaian berulang jarum suntik (seperti kerap dilakukan oleh para pecandu narkoba suntik) atau alat medis lainnya yang tidak steril, dan tindik (telinga, hidung, bagian tubuh lain) dengan peralatan yang tidak steril. Data menunjukkan, sekitar 90 persen penderita hepatitis C di negara-negara maju adalah para pengguna atau mantan pengguna narkoba suntik, dan mereka yang pernah menerima transfusi darah atau produk darah yang tidak di-skrining.

Infeksi hepatitis C disebut juga sebagai infeksi terselubung. Ini karena infeksi dini VHC bisa jadi tidak bergejala atau bergejala ringan dan tidak khas sehingga umumnya terlewatkan dari pengamatan si penderita. Alhasil, ia pun tak berusaha mencari pengobatan ke dokter.

Di Indonesia, diperkirakan 90 persen penderita tidak sadar bahwa mereka terinfeksi. Banyaknya orang yang tidak terdiagnosis ini, tentu memiliki dampak serius karena mereka bisa bertindak sebagai carrier (pembawa virus) dan menularkan virus itu ke orang lain tanpa sadar.

Sebagian besar orang yang terinfeksi, pada awalnya merasa sehat dan tidak menunjukkan gejala. Barulah, dalam tempo 10 - 20 tahun kemudian, gejala serius seperti penyakit kuning mulai muncul. Bahkan sejumlah pasien mengalami gejala yang progresif sehingga cangkok hati menjadi satu-satunya pilihan untuk menolong penderita.

Penyebab kematian
Data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menunjukkan, sekitar tiga persen atau 170 juta orang di seluruh dunia terinfeksi virus ini. Penderita hepatitis C, menurut WHO, akan terus bertambah seiring laju pertambahan infeksi baru yang mencapai 3-4 juta setiap tahun. Tak pelak, hepatitis C pun kini masuk dalam kelompok 10 besar penyebab kematian umat manusia.

Bagaimana di Indonesia? Prof dr LA Lesmana PhD SpPD-KGEH FACP FACG mengatakan, angka kejadian hepatitis C di Indonesia belum diketahui secara pasti. Namun bila memakai acuan angka kejadian rata-rata dunia yakni tiga persen, lalu dikalikan dengan sekitar 220 juta penduduk Indonesia maka akan diperoleh angka sekitar tujuh juta. Artinya, kira-kira terdapat tujuh juta penduduk Indonesia yang mengidap virus berbahaya ini. ''Prevalensi penyakit hepatitis C di negara-negara Afrika, Mediterania Timur, kawasan Pasifik Barat, dan Asia Tenggara, lebih tinggi dibandingkan dengan Eropa Barat dan Amerika Utara,'' tutur konsultan penyakit dalam-gastroenterologi dari Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) Jakarta ini.

Memang, sampai saat ini belum ada vaksin yang dapat mencegah penyakit ini. Walau begitu, infeksi VHC bisa disembuhkan asal diperiksa dan diobati sedini mungkin. Dalam hal ini, ada empat jenis pemeriksaan utama yang biasa dilakukan untuk mendiagnosis dan memantau infeksi VHC, yaitu uji Elisa anti-VHC, VHC kualitatif, tes genotipe, dan tes kesehatan hati.

Uji VHC kualitatif dilakukan jika tes Elisa menunjukkan, seseorang telah terpapar VHC. Untuk ini, dokter akan melakukan pemeriksaan VHC-PCR (Polymerase Chain Reaction). Sementara tes genotipe dilakukan untuk menentukan jenis VHC yang menginfeksi seseorang. Hasil tes ini akan menentukan lama pengobatan yang akan diberikan dokter.

Tes kesehatan hati meliputi ALT, yaitu tes darah yang mengukur enzim alanine amino-transferase yang biasanya terdapat dalam hati. Peningkatan ALT menandakan adanya suatu infeksi di hati. Ada kalanya juga dilakukan biopsi hati (dianjurkan, tapi tidak wajib). Ini adalah pemeriksaan yang dilakukan dengan mengangkat sedikit jaringan hati untuk diperiksa di laboratorium. Pemeriksaan ini merupakan cara terbaik untuk mengetahui tingkat kerusakan hati atau menentukan bentuk penyakit hati lainnya. Tes umum lainnya adalah tes kimiawi darah, mengukur kadar trombosit, dan waktu protrombin.

VHC, pada dasarnya, tidak menular melalui kontak biasa seperti berpelukan, bersin, batuk, atau duduk berdekatan dengan pengidap Hepatitis C. Hepatitis C juga jarang ditularkan lewat aktivitas seksual, namun ada kecenderungan bahwa mereka yang memiliki banyak pasangan seksual juga berisiko lebih tinggi terinfeksi VHC. Jadi, hati-hatilah.
(bur

Tidak ada komentar:

Logo LENSA Komunika