Awie Trans

Kamis, 09 Juli 2009

KTI ISOLASI SOSIAL

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Manusia sabagai makhluk holistik dipengaruhi oleh lingkungan dari dalam dirinya dan lingkungan luar baik keluarga, kelompok maupun komunitas, dalam berhubungan dengan lingkungan manusia harus mengembangkan strategi koping yang efektif agar mampu beradaptasi (Sulistiawati, 2005).

Umumnya manusia memiliki kemampuan untuk menyusaikan diri dengan baik, namun ada juga individu yang mengalami kesulitan untuk melakukan penyesuaian dengan persoalan yang dihadapi.mereka bahkan gagal melakukan koping yang sesuai tekanan yang dialami, atau mereka menggunakan koping yang negatif, koping yang tidak menyelesaikan persoalan dan tekanan tapi lebih pada menghindari atau mengingkari persoalan yang ada.

Kegagalan dalam memeberikan koping yang sesuai dengan tekanan yang dialami dalam jangka panjang mengakibatkan individu mengalami berbagai macam gangguan mental. Gangguan mental tersebut sangat bervariatif, tergantung dari berat ringannya sumber tekanan, perbedaan antara individu, dan latar belakang individu yang bersangkutan (Siswanto, 2007).

Sejalan dengan itu fungsi serta tanggung jawab perawat psikiatri dalam memberikan asuhan keperawatan dituntut untuk dapat menciptakan suasana yang dapat membantu proses penyembuhan dengan menggunakan hubungan terapeutik melalui usaha pendidikan kesehatan dan tindakan keperawatan yang dapat membantu proses penyembuhan dengan menggunakan hubungan terapeutik melalui usaha pendidikan kesehatan dan tindakan keperawatan secara komprehensif yang diajukan secara berkesinambungan karena penderita isolasi sosial dapat menjadi berat dan lebih sukar dalam penyembuhan bila tidak mendapatkan perawatan secara intensif.

Berdasarkan hasil pencatatan jumlah penderita yang mengalami gangguan jiwa di BPRS. Dadi Makassar pada bulan Januari sampai Maret 2008 sebanyak 2294 orang, halusinasi 1162 orang (50.65 %), menarik diri 462 orang (20.13 %), waham 130 orang (5.66 %), harga diri rendah 374 orang (16.30 %), perilaku kekerasan 128 orang (5.58 %), kerusakan komunikasi verbal 16 orang ( 0.70 %), defisit perawatan diri 21 orang (0.91 %),percobaan bunuh diri 1 orang (0.04 %).

Berdasarkan data tersebut diatas yang dimana dinyatakan bahwa isolasi sosial mengalami peningkatan tiap tahunnya dan menempati urutan kedua masalah kesehatan jiwa setelah Halusinasi maka penulis tertarik untuk mengangkat judul “ Asuhan keperawatan pada klien Tn ” M ” dengan masalah utama Isolasi Sosial di BPRS Dadi Makassar” guna membantu klien dan keluarga dalam menangani masalah kesehatan yang dihadapi melalui penerapan asuhan keperawatan jiwa.

B. TUJUAN PENULISAN

Untuk lebih konkritnya apa yang ingin dicapai dalam karya tulis ini, penulis mengemukakan pokok tujuan penulisan sebagai berikut:

1. Tujuan umum

Untuk mendapatkan gambaran dan pengalaman nyata tentang pelaksanaan asuhan keperawatan klien dengan masalah utama isolasi sosial. Melalui pendekatan proses keperawatan.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk memperoleh pengalaman nyata dalam melakukan pengkajian pada klien dengan masalah utama Isolasi sosial.

b. Untuk memperoleh pengalaman nyata dalam membuat diagnosa keperawatan dan penetapan rencana asuhan keperawatan pada klien dengan masalah utama Isolasi sosial.

c. Untuk memperoleh pengalaman nyata dalam melakukan tindakan keperawatan pada klien dengan masalah utama Isolasi sosial.

d. Untuk memperoleh pengalaman nyata dalam mengevaluasi hasil tindakan keperawatan pada klien dengan masalah utama Isolasi sosial.

e. Untuk memperoleh pengalaman nyata dalam pendokumentasian asuhan keperawatan klien dengan masalah utama Isolasi sosial.

f. Dapat membandingkan kesenjangan antara teori dengan kenyataan yang penulis dapatkan.

C. MANFAAT PENULISAN

Adapun manfaat dari penulisan ini adalah sebagai berikut :

1. Institusi pendidikan keperawatan

Sebagai sumber informasi dan bahan bacaan pada keputakaan institusi dalam meningkatkan mutu pendidikan pada masa yang akan datang di bidang keperawatan.

2. Institusi pelayanan kesehatan.

Sebagai masukan bagi perawat pelaksana di Unit Pelayanan Keperawatan Jiwa dalam rangka mengambil kebijakan untuk meningkatkan mutu pelayanan kesehatan khususnya pada klien yang mengalami perubahan proses pikir : Isolasi sosial

3. Penulis.

Sebagai tambahan pengalaman dan pengetahuan bagi penulis dalam penerapan ilmu yang telah didapatkan selama pendidikan.

D. METODE PENULISAN

Dalam penulisan karya tulis ini menggunakan metode penulisan sebagai berikut:

1. Studi Kepustakaan.

Untuk mendapatkan data dasar penulis menggunakan atau membaca referensi-referensi yang berhubungan dengan masalah yang dibahas yaitu : Isolasi sosial.

2. Studi Kasus.

Untuk studi kasus penulis mempelajari kasuss klien dengan menggunakan metode pemecahan masalah melalui pendekatan atau proses keperawatan yang komprehensif yang meliputi pengkajian data, analisa data, perumusan diagnosa keperawatan, penyusunan rencana keperawatan, implementasi dan evaluasi asuhan keperawatan.

3. Teknik Pengumpulan Data.

a. Teknik Wawancara.

Penulis melakukan Tanya jawab secara langsung pada klien, keluarga, perawat, dan dokter yang merawat guna memperoleh data-data yang dibutuhkan di BPRS Dadi Makassar.

b. Teknik Observasi.

Penulis secara langsung melakukan pengamatan untuk dapat melihat secara langsung bagaimana pelaksanaan perawatan dan keadaan klien selama perawatan.

c. Studi Dokumentasi.

Penulis mengumpulkan data/informasi melalui catatan keperawatan dilembaran status klien serta mengadakan diskusi dengan tim kesehatan di BPRS Dadi Makassar.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. KONSEP DASAR KEPERAWATAN

1. Pengertian

Menurut beberapa ahli menguraikan tentang pengertian isolasi sosial yaitu:

a. Isolasi sosial adalah pengalaman kesendirian secara individu dan dirasakan segan terhadap orang lain dan sebagai keadaan yang negatif atau mengancam (NANDA 2005-2006).

b. Perilaku menarik diri merupakan percobaan untuk menghindari interaksi dengan orang lain,menghindari hubungan dengan orang lain. ( Rawlins, 1993 dikutip oleh budi anna keliat 1999 ).

c. Kerusakan interaksi sosial adalah sesuatu keadaan dimana seseorang individu berpartisipasi dalam kuantitas yang tidak cukup atau berlebihan atau kulitas interaksi sosial yang tidak efektif ( Mary C.Townsend,1998 ).

d. Menarik dii adalah sutu pola tingkah laku menghindari kontak dengan orang, situasi atau lingkungan yang penuh dengan stress yang dapat menyebabkan kecemasan fisik dan psikologi. ( FIK.UI 2007 ).

e. Menarik diri adalah suatu keadaan pasien yang mengalami ketidak mampuan untuk mengadakan hubungan dengan orang lain atau dilingkungan sekitarnya secara wajar. ( Mahnum 2001 ).

2. Rentang respon sosial

Berdasarkan buku keperawatan jiwa menurut Gail W. Stuart, 2006 menyatakan bahwa manusia makhluk sosial, untuk mencapai kepuasan dalam kehidupan, mereka harus membina hubungan interpersonal yang positif. Hubungan intrpersonal terjadi jika hubungan saling merasakan kedekatan sementara identitas pribadi tetap dipertahankan. Individu juga harus membina saling tergantung yang merupakan keseimbangan antara ketergantungan dan kemandirian dalam suatu hubungan. Gail W. Stuart menyatakan tentang respon rentang sosial individu berada dalam rentang respon maladaptif yaitu:

Rentang respon sosial


Respon adaptif respon maladaptif


- Menyendiri - Kesepian - Manipulasi

- Otonomi (Loneliness) - Impulasi

- Bekerja sama - Menarik Diri - Narsisisme

- (mutualisme) - Ketergantungan

- Saling ketergantungan (dependen)

(interdependen)

d. Respon adaptif adalah suatu respon individu dalam menyesuaikan masalah yang masih dapat diterima oleh norma-norma sosial dan budaya yang umum berlaku,respon ini meliputi:

a) Menyendiri (solitude)

Merupakan respons yang dibutuhkan seseorang untuk menentukan apa yang telah dilakukan dilingkungan sosialnya dan suatu cara mengevaluasi diri untuk menentukan langkah selanjutnya.

b) Otonomi

Kemampuan individu untuk menentukan dan menyampaikan ide-ide, pikiran, perasaan dalam hubungan sosial.

c) Berkerja sama (mutualisme)

suatu kondisi dalam hubungan interpersonal dimana individu tersebut mampu untuk saling member dan menerima

d) saling tergantung (interdependen)

merupakan kondisi saling tergantung antara individu dengan orang lain dalam membina hubungan interpersonal.

e. Respon maladaptif adalah respon individu dalam menyesuaikan masalah menyimpang dari norma-norma sosial dan budaya ini meliputi:

a. Menarik diri

keadaan dimana seseorang menemukan kesulitan dalam membina hubungan secara terbuka dengan orang lain.

b. Tergantung (dependen)

Terjadi bila seseorang gagal mengembangkan rasa percaya diri atau kemampuanya untuk berfungsi secara sukses.

f. Manipulasi

Gangguan hubungan smosial yang terdapat pada individu yang menganggap orang sebagai obyek. Individu tersebut mtidak dapat membina hubungan sosial secara mendalam.

g. Impulsif

Tidak mampu merencanakan sesuatu, tidak mamapu belajar dari pengalaman, penilaian yang buruk dan individu ini tidak dapat diandalkan.

h. Narsisisme

Harga dirinya rapuh, secara terus menerus berusaha mendapatkan penghargaan dan pujian yang egosentris dan pencemburu. (Stuard, Gaill W,2006)

3. Manifestasi klinik

Menurut buku panduan diagnosa keperawatan NANDA 2005-2006, isolasi sosial memiliki batasan karakteristik meliputi:

Obyektif

a. Tidak ada dukungan dari orang yang penting (keluarga, teman, kelompok).

b. Perilaku bermusuhan.

c. Menarik diri.

d. Tidak komunikatif.

e. Menunjukkan perilaku tidak diterima oleh kelompok cultural dominant.

f. Mencari kesendirian atau merasa diakui didalam sub kultur.

g. Senang dengan pikirannya sendiri.

h. Aktivitas berulang atau aktivitas kurang beraktif.

i. Kontak mata tidak ada.

j. Aktivitas tidak sesuai dengan umur perkembangan.

k. Keterbatasan fisik, mental,atau perubahan keadaan sejahtera.

l. Sedih, efek tumpul.

Subyektif

a. Mengepresikan perasaan kesendirian.

b. Mengepresikan perasaan penolakan.

c. Minat tudak sesuai dengan umur perkembangan.

d. Tujuan hidup tidak ada atau tidak adekuat.

e. Tidak mampu memenuhi harapan orang lain.

f. Ekspresi permintaan tidak sesuai dengan umur perkembangan.

g. Perubahan penampilan fisik.

h. Tidak meresa aman dimasyarakat.

4. Etiologi

a. Faktor predisposisi

Berbagai faktor biasa menimbulkan respon sosial yang maladaptif dan mungkin disebabkan oleh kombinasi dari berbagai faktor meliputi:

1) Faktor perkembangan

Tiap gangguan dalam pencapaian tugas perkembangan dapat mempengaruhi respon sosial maladaptif pada setiap individu. Sistem keluarga yang terganggu dapat berperan dalam perkembangan respon sosial maladaptif. Beberapa orang percaya bahwa individu yang mengalami masalah ini adalah orang yang tidak berhasil memisahkan dirinya dari orang tua. Norma keluarga mungkin tidak mendukung hubungan dengan pihak diluar keluarga. Peran keluarga sering kali tidak jelas. Orang tua pecandu alkohol dan penganiaya anak juga mempengaruhi respon sosial maladaptif pada individu.

2) Faktor biologis.

Faktor genetik dapat berperan dalam respon sosial maladaptif. Bukti terdahulu menunjukan keterlibatan neurotransmitter dalam perkembangan gangguan ini, namun tetap diperlukan penelitian lebih lanjut.

3) Faktor sosiokultural

Isolasi sosial merupakan faktor utama dalam gangguan hubungan. Hal ini akibat dari transiensi, norma yang tidak mendukung pendekatan terhadap orang lain, atau tidak mengharhai anggota masyarakat yang kurang produktif, seperti lanjut usia ( lansia ), orang cacat dan penderita penyakit kronik. Isolasi dapat terjadi karena mengadopsi norma, perilaku, dan sistem nilai yang berbeda dari yang dimiliki budaya mayoritas. Harapan yang tidak realitas terhadap hubungan merupakan faktor lain yang berkaitan dengan gangguan ini.

b. Stressor pencetus

Stressor pencetus pada umumnya mencakup peristiwa kehidupan yang menimbulkan stress seperti kehilangan, yang mempengaruhi kemampuan individu untuk berhubungan dengan orang lain dan menyebabkan ansietas.

Stressor pencetus dapat dikelompokan dalam dua kategori antara lain:

1) Stressor sosiokultural

Stress dapat ditimbulkan oleh menurunya stabilitas unit keluarga dan berpisah dari orang yang berarti, misalnya karena dirawat di rumah sakit.

2) Stressor psikologis

Ansietas berat yang berkepanjang terjadi bersama dengan keterbatasan kemampuan untuk mengatasinya. Tuntutan untuk berpisah dengan orang terdekat atau kegagalan orang lain untuk memenuhi kebutuhan ketergantungan dapat menimbulkan ansietas tingkat tinggi. ( Stuart, Gail W, 2006 )

c. Sumber koping

yang mengalami sumber koping yang berhubungan dengan respon sosial maladaptif meliputi:

a. Keterlibatan dalam hubungan keluarga yang luas dan teman

b. Hubungan dengan hewan peliharaan.

c. penggunaan kreatifitas untuk mengekspresikan stress interpersonal (misalnya, kesenian, musik, dan tulisan).

d. Mekanisme koping

ndividu yang mengalami respon sosial maladaptif menggunakan berbagai mekanisme dalam upaya mengatasi ansietas. Mekanisme tersebut berkaitan dengan dua jenis masalah hubungan yang spesifik:

1) Koping yang berhubungan dengan gangguan kepribadian antisosial

a) Proyeksi

b) Splitting

c) merendahkan orang lain

2) Koping yang berhubungan dengan gangguan kepribadian ambang

a) Splitting

b) Formasi reaksi

c) Proyeksi

d) Isolasi

e) Idealisasi orang lain

f) Merendahkan orang lain

g) Identifikasi proyeksi

5. Gejala dan karakteristik

Adapun tingkah laku klien isolasi sosial yaitu:

a. Kurang spontan;

b. Apatis (acuh terhadap lingkungan);

c. Ekspresi wajah kurang berseri (ekspresi bersedih);

d. Afek tumpul;

e. Tidak merawat dan memperhatikan kebersihan diri;

f. Komunikasi verbal menurun atau tidak ada. Klien tidak bercakap-cakap dengan klien lain atau perawat;

g. Mengisolasi diri (menyendiri). Klien tampak memisahkan diri dari orang lain misalnya,pada saat makan;

h. Kurang sadar dengan lingkungan sekitar;

i. Pemasukan makan dan minuman terganggu;

j. Retensi urine dan feses;

k. Aktifitas menurun;

l. Kurang energik (tenaga);

m. Harga diri rendah;

n. Menolak hubungan dengan orang lain. Klien memutuskan percakapan atau pergi jika diajak bercakap-cakap. (Tim Keperawatan Jiwa, 2002)

6. Penatalaksnaan

Penataksanaan pada penderita gangguan jiwa dibagi dalam beberapa bentuk:

a. Suasana terapi (Lingkungan terapiutuk)

Yang dimaksud suasana terapi adalah suasana yang diciptakan oleh dokter atau perawat denga klien yang dapat membantu proses penyembuhan klien. Dalam teori keperawatan jiwa hal ini lebih dikenal dengan menciptakan hubungan saling percaya antara perawat dengan klien.

b. Farmakoterapi.

Armakoterapi adalah bentuk penatalaksanaan penderita gangguan jiwa dengan pemberian obat-obatan Anti Psikotik. Pengobatan ini diharapkan mampu memperbaiki keadaan somatik atau biologis tubuh yang berhubungan dengan perubahan perilaku penggunaan obat-obatan anti psikotik dapat mempengaruhi keseimbangan Neurotransmitter pada sistem embolik otak sehingga efek gangguan perilaku seperti halusinasi dan Apatis dapat teratasi.

c. Psikoterapi

Psikoterapi adalah suatu cara pengobatan terhadap masalah emosional seorang pasien yang dilakukan oleh seorang yang terlatih dalam hubungan profesional secara sukarela, dengan maksud hendak menghilangkan, mengubah, atau menghambat gejala-gejala yang ada, mengoreksi perilaku yang terganggu, dan mengembangkan pertunbuhan kepribadian secara positif.

Psikoterapi dilakukan dengan pemberian support kepada klien untuk meningkatkan aspek positif diri. Pada penderita gangguan jiwa dengan perilaku isolasi sosial, bentuk psikoterapi dalam keperawatan yang paling efektif digunakan adalah terapai aktifitas kelompok dengan sosialisasi.(W.F Maramis, 1998).

B. PROSES KEPERAWATAN

Proses keperawatan merupakan suatu metode sistematis dan ilmiah yang digunakan perawat untuk memenuhi kebutuhan klien dalam mencapai atau mempertahankan keadaan biologis, sosial, dan spiritual yang optimal. Proses keperawatan terdiri dari lima tahap yang merupakan siklus dan saling tergantung yang meliputi pengkajian, merumuskan diagnosa keperawatan, perencanaan, implementasi, dan evaluasi.

1. Pengkajian

Menurut Budi Anna Keliat,2006 bahwa pengkajian merupakan tahap awal dan dasar utama dari proses keperawatan. Tahap pengkajian terdiri atas pengumpulan data dan perumusan kebutuhan masalah klien. Data yang dikumpulkan meliputi data biologis, psikologis, social, dan spiritual. Hal-hal yang perlu dikaji pada klien menarik diri adalah biodata klien, alas an masuk, keluhan utama, faktor predisposisi, status mental, faktor-faktor psikososial serta mekanisme kopimg yang sering digunakan.

2. Pohon masalah

Pohon masalah klien isolasi sosial menurut Budi Anna Keliat,2005 adalah sebagai berikut:

Defisit perawatan diri; mandi dan berhias

Akibat

Akibat

Ketidakefektifan koping keluarga; ketidakmampuan keluarga merawat klien dirumah

Isolasi sosial

Masalah utama

Gangguan konsep diri; harga diri rendah kronis

Penyebab

Gangguan sensori persepsi Halusinasi

Penyebab


3. Diagnosa keperawatan

Diagnosa keperawatan pada klien dengan isolasi sosial berdasarkan NANDA 2005-2006 sesuai bagan diatas adalah sebagai berikut:

a. Isolasi sosial

b. Gangguan konsep diri harga diri rendah kronis.

c. Defisit perawatan diri

d. Resiko terjadinya Halusinasi

STRATEGI PELAKSANAAN ASUHAN KEPERAWATAN

Diagnosa I: Isolasi sosial

A. Pasien

SPIp

1. Mengidentifikasi penyebab isolasi sosial pasien.

2. Mendiskusikan dengan pasien tentang keuntungan berinteraksi dengan orang lain.

3. Berdiskusi dengan pasien tentang kerugian berinteraksi dengan orang lain.

4. Mengajarkan pasien cara berkenalan dengan orang lain.

5. Menganjurkan pasien memasukan kegiatan latihan berbincang-bincang dengan orang lain dalam kegiatan harian.

SPIIp

1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien.

2. Memberikan kesempatan kepada pasien mempraktekan cara berkenalan dengan orang lain.

3. Membantu pasien memasukan kegiatan latihan berbincang-bincang dengan orang lain sebagai salah satu kegiatan harian.

SPIIIp

1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien.

2. Memberikan kesempatan kepada pasien mempraktekan cara berkenalan dengan dua orang atau lebih.

3. Menganjurkan pasien memasukan dalam jadwal kegiatan harian.

B. Keluarga

SPIk

1. Mendiskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat pasien.

2. Menjelaskan pengertian, tanda dan gejala isolasi sosial yang dialami pasien beserta proses terjadinya.

3. Menjelaskan cara-cara merawat pasien isolasi sosial.

SPIIk

1. Melatih keluarga mempraktekan cara merawat pasien dengan isolasi sosial.

2. Melatih keluarga mempraktekan cara merawat lansung kepada pasien isolasi sosial.

SPIIk

1. Membantu keluarga membuat jadwal aktifitas di rumah termasuk minum obat (discharge planning)

2. Menjelaskan follow up pasien setelah pulang.

Diagnosa II: Harga Diri Rendah

A. Pasien

SPIp

1. Mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dialami pasien.

2. Membantu pasien menilai kemampuan yang masih dapat di gunakan.

3. Membantu pasien memilih kegiatan yang akan dilatih sesuai kemampuan klien.

4. Melatih pasien sesuai kemampuan yang dipilih.

5. Memberikan pujian yang wajar terhadap keberhasilan pasien.

6. Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian.

SPIIp

1. Mengevaluasi jadwal harian pasien.

2. Melatih kemampuan kedua.

3. Menganjurkan pasien memasukkandalam jadwal kegiatan harian.

B. Keluarga

SPIk

1. Mendiskusikan masalah yang di rasakan kelurga dalam merawat pasien.

2. Menjelaskan pengertian, tanda dan gejala Harga Diri Rendah yang dialami pasien beserta proses terjadinya.

3. Menjelaskan cara merawat pasien Harga Diri Rendah.

4. Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian.

SPIIk

1. Melatih keluarga memprakktekan cara merawat pasien dengan Harga Diri Rendah.

2. Melatih keluarga memprakktekan cara merawat lansung kepada pasien Harga Diri Rendah.

SPIIIk

1. Membantu keluarga membuat jadwa aktifitas dirumah termasuk minum obat (discharge plannig)

2. Menjelaskan follow up pasien setelah pulang.

Diagnosa III: Defisit perawatan diri

A. Pasien

SPIp

1. Menjelaskan pentingnya kebersihan diri.

2. Menjelaskan cara menjaga kebersihan.

3. Membantu pasien mempraktekkan cara menjaga kebersihan diri.

4. Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian.

SPIIp

1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien.

2. Menjelaskan cara makan yang baik.

3. Membantu pasien mempraktekkan cara makan yang baik.

4. Menganjurkan paien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian.

SPIIIp

1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien.

2. Menjelaskan cara eliminasi yang baik.

3. Membantu pasien mempraktekkan cara eliminasi yang baik

4. Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian.

B. Keluarga

SPIk

1. .mendiskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat pasien.

2. Menjelaskan pengertian, tanda dan gejala Defisit Perawatan Diri serta jenis defisit perawatan diri yang dialami pasien beserta proses terjadinya.

3. Menjelaskan cara merawat pasien defisit perawata diri.

SPIIk

1. Melatih keluarga mempraktekkan cara merawat pasien dengan defisit perawatan diri.

2. Melatih keluarga mempraktekkan cara merawat langsung kepada pasien defisit perawatan diri.

SPIIIk

1. Membantu keluarga membuat jadwal aktifitas dirumah termasuk minum obat (discharge planning)

2. Menjelaskan follow up pasien setelah pulang.

DIAGNOSA III : GANGGUAN PERSEPSI SENSORI HALISINASI

BAB III

TINJAUAN KASUS

A. PENGKAJIAN DATA

1. BIODATA

a. Identitas Klien

Nama : Tn. ”M”

Umur : 28 tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki

Agama : Islam

Suku Bangsa : Bugus Indonesia

Status Perkawinan : Tidak Kawin

Pendidikan : Tidak Sekolah

Pekerjaan : -

Alamat : Bajoe Kab. Bone

Tanggal Masuk : 22 Desember 2008

Tanggal Pengkajian : 29 Mei 2009

No. Register : 021041

Diagnosa Medik : Isolasi Sosial.

b. Identitas Penanggung

Nama : Tn. “H”

Umur : 45 Tahun

Agama : Islam

Pekerjaan : Wiraswasta

Alamat : Bajoe Kab. Bone

Hubungan dengan pasien : Ayah Kandung.

II. Alasan Masuk Rumah Sakit

Klien dibawa ke Rumah Sakit Dadi oleh Ayahnya pada tanggal 22 Desember 2006, awalnya klien sering menyendiri, melamun, dan suka berjalan keluar rumah tanpa tujuan.

Keluhan Utama

Keadaan klien saat dikaji : Klien tampak menyendiri bersandar ditembok dan kebanyakan tidur dibawah lantai dengan penampilan yang tidak sesuai dan tidak rapi, badan bau, rambut kusam, kuku hitam dan panjang.

Masalah Keperawatan : Isolasi sosial

Defisit perawatan diri ; mandi dan berhias

III. Faktor Predisposisi

1. Klien pernah mengalami gangguan jiwa sebelumnya dan dirawat di rumah sakit Dadi Makassar dengan kasus yang sama.

2. Klien mengatakan tidak pernah mengalami aniaya fisik, seksual, penolakan, kriminal, dan kekerasan dalam keluarga.

3. Klien mengatakan tidak ada anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa.

4. Klien mengatakan mempunyai pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan yaitu klien ditinggalkan oleh Ibunya yang sudah meninggal sejak 3 tahun yang lalu. Saat ditanya tentang Almarhumah Ibunya, klien hanya terdiam menundukkan kepala dan tampak raut wajahnya sedih.

IV. Pemeriksaan Fisik

1. Tanda Vital : T :120/80 mm Hg

N : 86x/mnt

S : 36,5ÂșC

P : 24x/mnt

2. Ukuran : TB dan BB tidak dilakukan pengukuran

3. Keluhan fisik : Gatal-gatal pada kulit dibadan

Masalah keperawatan : Defisit perawatan diri ; mandi

V. Psikososial

a. Genogram


?


45

?

?

?


?

?

?


Ket :

= laki-laki

= perempuan

X = Meninggal Dunia

= Klien yang dirawat

....... = tinggal serumah

= garis perkawinan

= garis keturunan

? = Umur tidak diketahui

Penjelasan gambar :

GI : Kakek dan nenek dari pihak Ayah dan Ibu telah meninggal karena faktor usila.

GII : Ibu Klien meninggal Karna Faktor Usila, Ayahnya dan saudaranya

GIII: Klien dan saudaranya

1. Tidak ada anggota keluarga yang menderita penyakit yang sama dengan klien

2. Klien anak ke 3 dari 4 bersaudara

3. Klien tinggal serumah dengan orang tuanya

4. Hubungan klien dengan keluarga kurang baik.

Masalah keperawatan : Koping Keluarga tidak efektif ; Ketidakmampuan.

b. Konsep Diri

1) Citra tubuh :

Klien mengatakan tidak ada yang istimewa pada tubuhnya semuanya biasa-biasa saja.

2) Identitas diri :

Klien menyadari dirinya seorang laki-laki, anak ke 3 dari 4 bersaudara, klien belum menikah.

3) Klien mengatakan sebelum Ibunya meninggal, klien dapat berperan sebagai anak yang penurut, tetapi saat Ibunya sudah meninggal, klien merasa tidak dapat menjalankan perannya lagi dengan baik, karena klien merasa Ibunya adalah satu-satunya orang yang sangat disayang dan dekat dengannya.

4) Ideal diri :

Klien berharap ingin cepat sembuh dan dijemput oleh keluarganya untuk pulang dan berkumpul kembali dengan keluarganya.

5) Harga diri :

Klien kecewa karena keluarganya tidak datang membesuknya dan klien juga merasa tidak berguna dan diharapkan lagi oleh keluarganya.

Masalah keperawatan : Gangguan konsep diri ; Harga diri rendah

c. Hubungan sosial :

1) Orang yang berarti dalam hidupnya adalah Almarhumah Ibunya.

2) Peran serta dalam kegiatan kelompok atau masyarakat : klien mengatakan kurang terlibat dalam kegiatan kelompok sosial masyarakat.

3) Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain adalah klien mengatakan malas bergaul dengan orang lain dan lebih banyak diam.

Masalah keperawatan : Isolasi sosial.

d. Spiritual :

1) Nilai dan keyakinan : Klien menganut agama Islam dan yakin dengan agama yang dianutnya dan meyakini Allah yang Selalu memberikan Pertolongan.

2) Kegiatan ibadah : Klien mengatakan rajin pergi beribadah di Mesjid sebelum di rumah sakit, namun setelah dirawat di rumah sakit klien lebih tekun dan giat lagi untuk mengikuti terapi Agama.

Masalah Keperawatan : -

VI. Status Mental

a. Penampilan :

Klien nampak kotor, kulit bardaki dan bau keringat, gigi kuning, cara berpakaian tidak sesuai, rambut kusam, kuku hitam dan panjang, gatal-gatal pada kulit badan.

Masalah keperawatan : Defisit perawatan diri.

b. Pembicaraan :

Klien bicara lambat dan hanya sesekali menjawab bila ditanya

Masalah keperawatan : Isolasi sosial.

c. Aktivitas motorik :

Klien selalu duduk termenung di tempat tidurnya, klien lebih banyak diam dan menyendiri, klien tidak bergaul dengan klien lainnya. Klien hanya melakukan aktivitas bila disuruh.

Masalah keperawatan : Kurang motivasi.

d. Alam perasaan :

Klien mengatakan merasa sedih jika ditanya tentang keluarganya, apalagi jika klien menceritakan tentang Ibunya yang sudah meninggal, ekspresi wajah klien tampak sedih.

Masalah keperawatan : Gangguan konsep diri ; harga diri rendah

e. Afek :

Afek klien tumpul, klien bisa berespon dengan stimulus yang kuat baru klien berespon

Masalah keperawatan : Isolasi sosial

f. Interaksi selama wawancara :

Kontak mata Klien kurang dan sering menunduk saat berinteraksi

Masalah keperawatan : Isolasi sosial

g. Persepsi :

Saat Berinteraksi dengan Klien ditemukan adanya Perubahan Persepsi Sensori ; Halusinasi.

Masalah keperawatan : gangguan persepsi sensori Halusinasi.

h. Proses pikir :

Klien menjawab pertanyaan sesuai dengan yang ditanyakan dengan respon lambat tetapi pembicaraan klien kadang tiba-tiba terhenti lalu dilanjutkan kembali ( blocking ).

Masalah keperawatan : Perubahan proses pikir.

i. Isi pikir :

Saat berinteraksi dengan klien tidak ditemukan adanya waham, obsesi dan fobia

Masalah keperawatan : Tidak ada masalah

j. Tingkat kesadaran :

Saat wawancara klien sadar, klien tidak mengalami disorientasi waktu, tempat, dan orang. Klien mampu mengenal waktu ( hari ini ) saat pagi, siang, sore, dan malam hari, tempat dimana dia berada sekarang yaitu di rumah sakit Dadi Makassar dan klien mengenal yang merawat dia adalah mantri dan suster

Masalah keperawatan : Tidak ada masalah.

k. Memori :

Klien dapat mengingat kejadian masa lalu dan hal yang baru-baru terjadi.

Masalah keperawatan : Tidak ada masalah

l. Tingkat konsentrasi dan berhitung :

Saat berinteraksi klien tidak dapat berkonsentrasi dan klien tidak mampu berhitung sederhana yaitu misalnya menghitung dari angka 1 sampai 10

Masalah keperawatan : Ketidakmampuan berkonsentrasi dan berhitung

m. Kemampuan penilaian :

Klien mampu menentukan pilihan dengan baik ketika diberikan pilihan seperti duluan mana mandi atau makan, klien menjawab mandi dulu karena kalau mandi akan terasa segar baru makan

n. Daya tilik diri :

Klien menyadari dirinya sakit dan dirawat di rumah sakit Dadi Makassar

Masalah keperawatan : Tidak ada masalah

VII. Mekanisme Koping

Maladaptif : Klien mengatakan jika punya masalah klien memendamnya sendiri dan tidak mau mengungkapkannya kepada orang lain

Masalah keperawatan : Koping individu tidak efektif

Isolasi sosial

VIII. Aspek Medis

1) Diagnosa medis : Skizofrenia

2) Terapi medis : Haloperidol 5 mg 3x1

Chlorpromazine 100 mg 1x1

Trihexypenidil 2 mg 3x1

IX. Daftar Masalah Keperawatan

a. Kerusakan interaksi sosial ; isolasi sosial

b. Defisit perawatan diri ; mandi dan berhias

c. Gangguan konsep diri ; harga diri rendah

d. Berduka disfungsional

e. Perubahan proses pikir

f. Kurang motivasi

g. Koping individu tidak efektif

h. Koping keluarga tidak efektif ; Ketidakmampuan

X. KLASIFIKASI DATA

Data Subyektif :

- Klien mengatakan malas mandi, keramas dan berhias selama berada di rumah sakit.

- Klien mengatakan tidak pernah sikat gigi, potong kuku, dan mengganti baju selama berada di rumah sakit.

- Klien mengatakan tidak mempunyai pakaian untuk mengganti, dan terkadang. semua peralatan mandi hilang diambil orang.

- Klien mengatakan malas dan tidak suka bergaul dengan orang lain.

- Klien mengatakan kurang terlibat dalam kegiatan kelompok sosial masyarakat.

- Klien mengatakan jika punya masalah klien memendamnya sendiri dan tidak mau mengungkapkannya kepada orang lain.

Data Obyektif :

- Klien nampak kotor, kulit bardaki dan bau keringat, rambut kusam, gatal-gatal pada kulit badan.

- Klien nampak giginya kuning, kuku klien panjang dan hitam.

- Penampilan klien tidak rapi, dan berpakaian tidak sesuai.

- Klien nampak mandi tidak memakai sabun, dan tidak mengganti pakaian setelah mandi.

- Klien selalu duduk termenung di tempat tidurnya , klien tidak bergaul dengan klien lainnya.

- Klien hanya melakukan aktivitas bila disuruh.

- Pembicaraan klien kadang tiba-tiba terhenti lalu dilanjutkan kembali ( blocking ).

- Afek klien tumpul, klien bisa berespon dengan stimulus yang kuat baru klien berespon.

- Klien bicara lambat dan hanya sesekali menjawab pertanyaan ketika ditanya.

- Klien tidak mampu memulai pembicaraan.

- Kontak mata klien kurang dan selalu menunduk saat berinteraksi.

B. ANALISA DATA




DATA


MASALAH

1


2


3

1


DS:

§ Klien mengatakan malas dan tidak suka bergaul dengan orang lain.

§ Klien mengatakan kurang terlibat dalam kegiatan kelompok sosial masyarakat.

§ Klien mengatakan jika punya masalah klien memendamnya sendiri dan tidak mau mengungkapkannya kepada orang lain.

DO:

§ Klien selalu duduk termenung di tempat tidurnya , klien tidak bergaul dengan klien lainnya.

§ Klien hanya melakukan aktivitas bila disuruh.

§ Pembicaraan klien kadang tiba-tiba terhenti lalu dilanjutkan kembali (blocking).

§ Afek klien tumpul, klien bisa berespon dengan stimulus yang kuat baru klien berespon.

§ Klien bicara lambat dan hanya sesekali menjawab pertanyaan ketika ditanya.

§ Klien tidak mampu memulai pembicaraan.

§ Kontak mata klien kurang dan selalu menunduk saat berinteraksi.


Isolasi sosial




DS:

§ Klien mengatakan tidak pernah sikat gigi, potong kuku, dan mengganti baju selama berada di rumah sakit.

§ Klien mengatakan tidak mempunyai pakaian untuk mengganti, dan terkadang semua peralatan mandi hilang diambil orang.

§ Klien mengatakan malas mandi, keramas dan berhias selama berada di rumah sakit.

DO:

§ Penampilan klien tidak rapi, dan berpakaian tidak sesuai.

§ Klien nampak mandi tidak memakai sabun, dan tidak mengganti pakaian setelah mandi.

§ Klien nampak giginya kuning, kuku klien panjang dan hitam.

§ Klien nampak kotor, kulit bardaki dan bau keringat, rambut kusam, gatal-gatal pada kulit badan.

§ Penampilan klien tidak rapi, dan berpakaian tidak sesuai.


. Defisit perawatan diri ; mandi dan berhias.

C. POHON MASALAH

Defisit perawatan diri; mandi dan berhias

EFEK

Isolasi sosial


MASALAH UTAMA

Gangguan konsep diri; harga diri rendah kronis

ETIOLOGI

Gangguan konsep diri; harga diri rendah kronis


ETIOLOGI

D. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Defisit perawatan diri; mandi dan berhias

2. Isolasi sosial

3. Gangguan persepsi sensori Halusinasi

DAFTAR PRIORITAS MASALAH KESEHATAN

Nama : Tn “ A “
Ruangan : Nyiur

No. RM : 04 10 36

Diagnosa Keperawatan


Tanggal Ditamukan


Tanggal Teratasi

Isolasi Sosial

Defisit Perawatan Diri

Gangguan persepsi sensori


29 Mei 2009

29 Mei 2009

29 Mei 2009



CATATAN KEPERAWATAN

Nama : Tn " M "

Ruang : Nyiur

No. RM : 04 10 17

Tgl/Jam


Dx. Kep

SP Pasien


Implementasi


Evaluasi

29/05/2009

09.00

01/06/2009

09.00

02/06/2009

09.00

29/05/2009

11.00

01/06/2009

11.30

02/06/2009

12.00

02/06/2009

12.00



DX. I SPIP

DX. I SPIIP

DX. I SPIIIP

DX. II SPIP

DX.II SPIIP

DX. II SPIIIP

DX. II SPIIIP



Membimbing klien dalam hal berinteraksi

1. Apa yang menyebabkan bapak slalu menyendiri?

2. Apakah bapak bisa menyebutkan keuntungan bila berinteraksi dengan orang lain?

3. Apakah bapak bisa menyebutkan kerugian bila tidak berinteraksi dengan orang lain?

4. Bagaimana kalau kita belajar cara berkenalan dengan satu orang?

Caranya : mengucapkan salam, mengulurkan tangan lalu tanya nama dan nama panggilan.

5. Bagaimana kalau kegiatan ini dimasukkan dalam jadwal harian bapak?

Membimbing klien dalam hal berinteraksi

1. Pak sudah tau cara berkenalan dengan satu orang?

2. Apakah bisa bapak memperagakan berkenalan dengan satu orang? Ulurkan tangan bapak kemudian sebutkan nama dan alamat bapak kemudian tanya nama alamat yang bapak temani berkenalan.

3. Bagaimana kalau latihan berkenalan ini kita masukkan dalam jadwal harian bapak ?

Membimbing klien dalam hal berinteraksi dengan orang lain

.

Pak sudah bisa berkenalan dengan satu orang ?

1. Silahkan pak mempraktekkan lebih dari dua orang

2. Bagaimana kalau latiahan berkenalan dua orang atau lebih dimasukkan dalam jadwal harian bapak?

a. Menjelaskan pentingnya kebersihan dri

b. Menjelaskan cara menjaga kebersihan diri

c. Membantu pasien mempraktekkan cara menjaga kebersihan diri

d. Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian

a. Menjelaskan pentingnya kebersihan dri

b. Menjelaskan cara menjaga kebersihan diri

c. Membantu pasien mempraktekkan cara menjaga kebersihan diri

d. Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian

a. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien

b. Menjelaskan cara makan yang baik

c. Membantu pasien mempraktekkan cara makan yang baik

d. Menganjurkan pasien memasukkan dalam kegiatan harian

a. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien

b. Menjelaskan cara eliminasi yang baik

c. Membantu pasien mempraktekkan cara eliminasi yang baik

d. Mengajarkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian


S :

1. Klien mengatakan selalu menyendiri karena malu dan punya banyak masalah

2. Klien mengatakan mau berkenalan dengan orang lain

3. Klien mau memasukkan ke dalam jadwal hariannya.

O :

1. Klien nampak duduk menyendiri di tempat tidurnya

2. Kontak mata kurang dan terkadang menunduk

3. klien menyebutkan keuntungan berinteraksi dengan orang lain.

4. Klien menyebutkan kerugian bila tidak berinteraksi dengan orang lain.

5. Klien berkenalan dengan satu perawat.

A :

1. Klien mampu mengidentifikasi penyebab menyendiri

2. Klien mampu menyebutkan keuntungan berinteraksi dengan orang lain

3. Klien mampu menyebutkan kerugian bila tidak berinteraksi dengan orang lain

4. klien mampu berkenalan dengan orang lain.

P : Lanjutkan Intervensi

1. Evaluasi jadwal harian klien

2. Beri kesempatan pada klien mempraktekkan cara berkenalan dengan satu orang.

3. Bantu klien memasukkan kegiatan latihan berbincang – bincang dengan orang lain sebagai satu jadwal harian.

S :

Saya sudah tahu cara berkenalan dengan satu orang

O :

1. Klien berkenalan dengan satu perawat

2. Kontak mata cukup

A :

Klien mampu mempraktekkan cara berkenalan dengan satu orang.

P : Lanjutkan Intervensi SPIIIP

1. Evaluasi jadwal harian klien

2. Beri kesempatan pada klien mempraktekkan cara cara berkenalan dengan dua orang atau lebih

3. Anjurkan klien memasukkan dalam kegiatan harian klien.

S :

Klien mengatakan sudah mempraktekkan cara berkenalan.

O :

1. Klien masih tampak malu – malu

2. Klien tampak berkenalan dengan satu orang

A :

Klien mampu mempraktekkan berkenalan lebih dua orang orang tapi belum percaya diri.

P :

Pertahankan intervensi SPIIIP

1. Evaluasi jadwal harian pasien

2. Beri kesempatan pad klien mempraktekkan cara berkenalan dua orang atau lebih

3. Anjurkan klien memasukkan dalam jadwal harian klien

S:

- Klien mengatakan malas mandi, keramas dan berhias selama berada di rumah sakit

- Klien mengatakan tidak pernah sikat gigi, potong kuku, dan mengganti baju selama berada di rumah sakit

- Klien mengatakan tidak mempunyai pakaian untuk mengganti, dan terkadang semua peralatan mandi hilang diambil orang.

O:

§ Klien nampak kotor,kulit berdaki dan bau keringat, rambut klien panjang, kulit kepala kotor

§ Klien nampak giginya kuning, kuku klien panjang dan hitam,

§ Penampilan klien tidak rapi, dan berpakaian tidak sesuai.

A:

- Klien mampu mengidentifikasi kebersihan diri mandi dan berhias

- Klien mampu melaksanakan perawatan kebersihan diri

P: Ajarkan cara melakukan perawatan kebersihan diri mandi dan berhias dengan baik.

S:

- Klien mengatakan malas mandi, keramas dan berhias selama berada di rumah sakit

- Klien mengatakan tidak pernah sikat gigi, potong kuku, dan mengganti baju selama berada di rumah sakit

- Klien mengatakan tidak mempunyai pakaian untuk mengganti, dan terkadang semua peralatan mandi hilang diambil orang.

O:

§ Klien nampak kotor,kulit berdaki dan bau keringat, rambut klien panjang, kulit kepala kotor

§ Klien nampak giginya kuning, kuku klien panjang dan hitam,

§ Penampilan klien tidak rapi, dan berpakaian tidak sesuai.

A:

- Klien mampu mengidentifikasi kebersihan diri mandi dan berhias

- Klien mampu melaksanakan perawatan kebersihan diri

P: Ajarkan cara melakukan perawatan kebersihan diri mandi dan berhias dengan baik.

S:

- Klien mengatakan bahwa dirinya tadi pagi sudah makan

- Klien mengatakan makannya diatas meja dan mencuci tangannya sebelum makan

O:

- Klien memperlihatkan sendok yang dipakai makan

- Klien nampak mengingat semua yang diajarkan oleh perawat.

A:

Klien dapat mengikuti semua kegiatan makan dengan baik dan teratur

P:

Ajarkan cara makan dan teratur yang baik

S:

- Klien mengatakan bahwa dirinya tadi pagi sudah BAB dan BAK

- Klien mengatakan BAB dan BAK di WC dan mencuci tangannya sesudah BAB dan BAK

O:

- Klien nampak mengingat semua yang diajarkan oleh perawat.

A:

Klien dapat melakukan BAB dan BAK dengan baik dan pada tempatnya

P:

Ajarkan cara eliminasi dan teratur yang baik.

RENCANA KEPERAWATAN. Tn” M ” DIRUANGAN NYIUR BPRS. DADI MAKASSAR PROP. SUL-SEL

Nama Klien : Tn. “ M ”

No. Register : 04 10 17

Ruangan : Nyiur

TGL


NO

DX


DIAGNOSA KEPERAWATAN


PERENCANAAN


INTERVENSI


RASIONAL

TUJUAN


KRITERIA EVALUASI

1


2


3


4


5


6


7

29 Mei 2009

29 Mei 2009



I

II


Isolasi sosial

Defisit Perawatan diri



TUM :

Perubahan persepsi sensori tidak terjadi

TUK 1 :

Bina hubungan saling percaya

TUK 2 :

Klien dapat menyebutkan penyebab isolasi sosial

TUK 3 :

Klien dapat menyebutkan keuntungan berhubungan dengan orang lain dan kerugian tidak berhubungan dengan orang lain.

TUK 4 :

Klien dapat melaksanakan hubungan sosial secara bertahap

TUK 5 :

Klien dapat mengungkapkan perasannya setelah berhungan dengan orang lain.

TUM:

Defisit perawatan diri;mandi dan berhias

TUK : I

Klien dapat membina hubungan saling percaya

TUK 2 :

Klien dapat mengenal tentang pentingnya kesehatan khususnya dalam kebersihan diri mandi dan berhias

TUK 3 :

Klien dapat melakukan kebersihan diri mandi dan berhias dengan bantuan perawat

TUK 4 :

Klien dapat melakukan perawatan diri mandi dan berhias secara mandiri

TUK 5 :

Klien dapat memertahankan kebersihan diri mandi dan berhias secara mandiri

TUK 6 :

Klien dapat dukungan keluarga dalam meningkatkan pemeliharaan kebersihan diri mandi dan berhias



1.1 Ekspresi wajah bersahabat, menunjuk rasa senang, ada kontak mata, mau berjabat tangan, mau menyebutkan nama, mau menjawab salam, klien mau duduk berdampingan dengan perawat, mau mengutarakan masalah yang dihadapi

2.1 Klien dapat menyebutkan penyebab isolasi sosial yang berasal dari :

1) Diri sendiri

2) Orang lain

3) Lingkungan

3.1. Klien dapat menyebutkan keuntungan berhubungan dengan orang lain

3.2 Klien dapat menyebutkan kerugian tidak berhubungan dengan orang lain

4.1.Klien dapat mendemonstrasikan hubungan sosial secara bertahap antara :

K. P

K-P-K

K-P-Kel

K-P-Klp/Klp/Masy.

5.1 Klien dapat mengungkapkan perasaannya setelah berhubungan dengan orang lain untuk :

- Diri sendiri

- Orang lain

1.1.Ekspresi wajah bersahabat, menunjuk rasa senang, ada kontak mata, mau berjabat tangan, mau menyebutkan nama, mau menjawab salam, klien mau duduk berdampingan dengan perawat, mau mengutarakan masalah yang dihadapi

2.1.Klien dapat menjelaskan tentang arti kebersihan diri ;

1) Mandi

2) Makan

3) Berpakaian yang sesuai

4) Berhias

3.1 Klien mau dan mampu melakukan kebersihan diri mandi dan berhias.

4.1 Klien dapat melakukan perawatan kebersihan diri atas motivasi dan inisiatif sendiri

5.1 Klien dapat mengidentifikasi

Kemampuan dan aspek positif yang dimiliki :

1) Kemampuan dan aspek positif yang dimiliki pasien

2) Kemampuan memahami arti pentingnya menjaga kebersihan diri mandi dan berhias

6.1 Klien memanfaatkan sistem pendukung yang ada di keluarga



Bina hubungan saling percaya dengan mengungkapkan prinsip komunikasi terapeutik :

a. Sapa klien dengan ramah dan baik verbal maupun non verbal.

b. Perkenalkan diri dengan sopan

c. Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang disukai klien

d. Jelaskan tujuan pertemuan

e. Jujur dan menepati janji

f. Tunjukkan sikap empati dan menerima klien apa adanya

g. Beri perhatian kepada klien dan perhatikan kebutuhan dasar klien.

2.1.1. Kaji pengetahuan klien tentang isolasi sosial dan tanda – tandanya

2.1.2 Beri kesempatan klien untuk mengunkapkan perasaan penyebab isolasi sosial dan tidak mau bergaul.

2.1.3 Diskusikan ada klien tentang perilaku isolasi sosial, tanda dan penyebab yang muncul.

2.1.4 Berikan pujian pada klien terhadap kemampuan mengungkapkan perasaannya.

3.1.1 Kaji pengetahuan klien tentang manfaat dan keuntungan berhubungan dengan orang lain.

3.1.2 Beri kesempatan pada klien untuk mengungkapkan perasaanya tentang keuntungan berhubungan dengan oramg lain.

3.1.3 Diskusikan bersama klien tentang manfaat berhubungan dengan orang lain.

3.1.4 Beri reinforcement positif terhadap kemanpuan mengungkapakan perasaan tentang keuntungan berhubungan dengan orang lain.

3.2.1 Kaji pengetahuan klien tentang kerugian bila tidak berhubungan dengan orang lain.

3.2.2 Beri reinforcement positif terhadap kemanpuan mengungkapakan perasaan tentang kerugian tidak berhubungan dengan orang lain.

4.1.1 Kaji kemampuan klien dalam membina hubungan dengan orang lain.

4.1.2 Dorong dan bantu klienuntuk berhubungan dengan orang lain.

4.1.3 Beri reinforcement positif terhadap keberhasilan yang telah dicapai.

4.1.4 Bantu klien untuk mengevaluasi manfaat berhubungan dengan orang lain.

4.1.5 Diskusikan jadwal harian yang dapat dilakukan bersama klien dalam mengisi waktu.

5.1.1 Dorong klien untuk mengungkapkan perasaannya bila berhubungan dengan orang lain.

5.1.2 Diskusikan dengan klien tentang perasaan manfat berhubungan dengan orang lain.

5.1.3 Beri reinforcement positif atas kemampuan klien meningkatkan perasaan manfaat berhubungan dengan orang lain.

Bina hubungan saling percaya dengan mengungkapkan prinsip komunikasi terapeutik :

1. Sapa klien dengan ramah dan baik verbal maupun non verbal.

2. Perkenalkan diri dengan sopan

3. Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang disukai klien

4. Jelaskan tujuan pertemuan

5. Jujur dan menepati janji

6. Tunjukkan sikap empati dan menerima klien apa adanya

7. Beri perhatian kepada klien dan perhatikan kebutuhan dasar klien.

2.1.1. Kaji pengetahuan klien tentang arti kebersihan diri dan cara-cara mandi, makan, berpakaian yang sesuai, dan berhias.

2.1.2 Beri kesempatan klien untuk mengungkapkan arti kebersihan diri dan tujuan memelihara kebersihan diri.

2.1.3 Diskusikan bersama klien tentang fungsi memelihara kesehatan diri dengan menggali pengetahuan klien tentang hal-hal yang berhubungan dengan kebersihan diri mandi, makan, berpakaian yang sesuai, dan berhias.

2.1.4 Berikan pujian atas apa yang telah klien lakukan serta ingatkan klien memelihara kesehatan diri.

3.1.1 Kaji motivasi klien untuk mandi dan berhias, memotong kuku dan merapikan rambut

3.1.2 Bimbing klien untuk mandi dan berhias

3.1.3 Anjurkan klien untuk mengganti baju setiap hari

3.1.4 Kolaborasi dengan perawat ruangan untuk mengolah fasilitas perawatan kebersihan diri

4.1.1 Monitor klien dalam melaksanakan kebersihan diri mandi dan berhias secara teratur

4.1.2 Ingatkan klien untuk mencuci rambut, menyisir rambut, gosok gigi, ganti baju, dan pakai sandal

5.1.1 Berikan pujian jika klien berhasil melakukan kebersihan diri

6.1.1 Jelaskan kepada keluarga tentang penyebab kurang minatnya klien menjaga kebersihan diri mandi dan berhias

6.1.2 Diskusikan bersama keluarga tentang tindakan yang telah dilakukan klien selama dirumah sakit dalam menjaga

kebersihan diri mandi dan berhias

6.1.3 Jelaskan pada keluarga tentang manfaat sarana yang lengkap dalam menjaga

kebersihan diri mandi dan berhias klien

6.1.4 Anjurkan keluarga untuk menyiapkan sarana dalam menjaga kebersihan diri mandi dan berhias



Saling percaya yang terbina merupakan dasar untuk interaksi selanjutnya

2.1.1 Mengetahui sejauh mana pengetahuan klien tentang isolasi sosial

2.1.2 untuk mengetahu alasan klien isolasi sosial

2.1.3 Meningkatkan pengetahuan klien serta bersama mencari pemecahan masalah kilen.

2.1.4 Meningkatkan harga diri klien sehingga berani bergaul dengan lingkungannya.

3.1.1 Mengetahui sejauh mana pengetahuan klien tentang berhubungan dengan orang lain.

3.1.2 Mengidentifikasi perasaan klien tentang keuntungan berhubungan dengan orang lain.

3.1.3 Meningkatkan pengetahuan klien tentang perlunya berhubungan dengan orang lain.

3.1.4 Reinforcement positif dapat meningkatkan harga diri klien.

3.2.1 Mengetahui sejauh mana pengetahuan klien untuk merencanakan tindakan selanjutnya.

3.2.2 Meningkatkan harga diri klien sehingga berani bergaul dengan orang lain.

4.1.1 Mengetahui sejauh mana pengetahuan klien

4.1.2 Klien mungkin dapat mengalami perasaan tidak nyaman, malu dalam berhubungan sehingga perlu dilatih secara bertahap dalam berhubungan dengan orang lain.

4.1.3 Reinforcement positif dapat meningkatkan harga diri klien.

4.1.4 Klien dapat merasakan manfaat berhubungan dengan orang lain.

4.1.5 Membantu klien dalam menjalani hubungan yang kooperatif

5.1.1 untuk mengetahui sejauh mana hubungan interpersonal klien dengan orang lain.

5.1.2 Mengidentifikasi hambatan yang dirasakan oleh klien

5.1.3 Reinforcement positif dapat meningkatkan harga diri klien.

Saling percaya yang terbina merupakan dasar untuk interaksi selanjutnya

2.1.1. Pengetahuan klien dapat menjadi dasar dalam rencana tindakan berikutnya

2.1.2. Adanya pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan dapat menimbulkan klien tidak memelihara kebersihan diri.

2.1.3. Dengan dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki, klien dapat mengetahui hal-hal yang dapat dilakukannya

2.1.4. Pemberian pujian dapat meningkatkan harga diri klien

3.1.1 Klien dapat melakukan kegiatan sesuai dengan kondisinya

3.1.2. Klien merasa diperhatikan

3.1.3. Meningkatkan kebersihan diri klien dan memberikan rasa nyaman

3.1.4. Dengan fasilitas yang baik dapat memotivasi klien agar lebih meningkatkan kebersihan diri.

4.1.1. Dengan dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki, klien dapat mengetahui hal-hal yang dapat dilakukannya.

4.1.1. Meningkatkan kesadaran klien tentang pentingnya menjaga dan memelihara kebersihan diri

5.1.1. Pemberian pujian dapat meningkatkan harga diri klien

6.1.1. Hubungan saling percaya merupakan dasar untuk interaksi selanjutnya

6.1.2. Meningkatkan kesadaran klien tentang pentingnya menjaga kebersihan diri mandi dan berhias

6.1.3 Sarana yang lengkap dapat membantu klien dalam memertahankan pemeliharaan kebersihan diri mandi dan berhias

6.1.4. Keluarga merupakan orang terdekat dengan klien dan merupakan sistem pendukung untuk menolong klien melakukan perawatan dirumah


DAFTAR PUSTAKA

Budi Anna Keliat. 2005. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Edisi 3.

Jakarta : EGC

Gail w. Stuart. 2007. Buku saku keperawatan jiwa. Edisi 5. EGC. Jakarta

Gail w. Stuart. 1998. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Edisi 2. Jakarta : EGC

Iyus Yosep, SKp.,M.Si. 2007. Buku Keperawatan Jiwa.

Suliswati, S.Kp, M.Kes, dkk. 2005. Konsep Dasar Keperawatan Jiwa. Edisi I. Jakarta : EGC.

Mary c. townsend. 1998 Buku Saku Diagnosa Keperawatan Pada Keperawatan Psikiatri. Edisi 3. Jakarta : EGC

Sentosa Budi. 2005. Panduan Diagnosa Keperawatan Nanda 2005-2006. (defenisi dan klasifikasi). Prima Medika

Siswanto. 2007. Kesehatan Mental (konsep cakupan dan pekembangannya). Yogyakarta : ANDI

Sunaryo. 2004. Psikologi Untuk Keperawatan. Jakarta : EGC

Logo LENSA Komunika